7 bulan setelah perpisahan di bandara Jasson pergi dari Inggris ke Australia.
"kita akan bertemu lagi Silvia" gugamnya sambil tersenyum. Kali ini dia tidak bersama Aldy dia datang sendiri.
Disisi lain aku hanya duduk di taman menikmati angin sejuk pagi setelah olahraga, setelah merasa cukup berolahraga aku kembali pulang ke rumah peninggalan pamanku
"hmmm pintuku tidak dikunci?" melihat pintu yang tak terkunci membuatku menjadi paraoid
satu, dua, tiga "siapa di dalam?!!!" teriakku
"hei diamlah!! ini aku Silvia!" ujarnya
"Ja..Jasson?"
"iya ini aku kenapa?" tanyanya balik
"kau!!! apa yang kau lakukan di rumahku, dari mana kau tahu rumahku?" bentakku
"hei kau pikir aku datang tanpa persiapan? sepertinya kau lupa apa pesanku dulu" senyumnya licik, mendengarnya membuat wajahku memerah
"huhhhh sudahlah aku bersihkan diriku dulu" tidak ada gunanya berdebat dengannya, selesai membersihkan diri aku mengajaknya makan
"kau sudah makan? aku lapar" aku berjalan ke dapur untuk membuat sarapan dan makan
"ayo jalan kau bertugas menjadi tour guideku" Jasson menarik tanganku untuk berjalan-jalan.
"kapan kau kemari?" tanyanku "tadi pagi saat aku olahraga" jawabnya santai "sampai berapa lama?" cecarku "apakah kau berminat mengusirku?" dia tersenyum licik "hum tidak...tidak" sangkalku
"aku menumpang rumahmu" katanya "huh? rumahku" tanyaku ulang "memang aku harus tinggal dimana lagi" jawabannya membuatku diam tak berkomentar
Sudah 3 bulan semenjak kedatangannya dia masih sering memberi perhatian sama seperti waktu di Indonesia, bersikap lembut dan membuatku nyaman
"sudah malam jangan di balkon terus angin malam tidak terlalu bagus" dia membawa selimut dan memakaikannya di tubuhku dan duduk di sebelahku
"hmm terima kasih" aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku dan bersandar dibahunya
"apa yang kau pikirkan?" tanyanya penasaran
"hmm? tidak ada hanya memperhatikan bintang, bulan dan matahari"
"matahari? ini sudah malam mana ada matahari" bingungnya
"ada, dia ada disebelahku" jawabku
"hmm dasar gombal" senyumnya manis "kau senang aku ada disini?" lanjutnya
"ya, kau menepati janjimu" aku tersenyum menampakkan gigi yang berjejer rapi
"humm aku juga senag ada disisimu" cup Jasson memberi kecupan di pipi kiriku membuatku terbelalak kaget
"kenapa kau kaget" katanya dengan memeluk tubuhku "sudah, tidurlah sudah malam besok aku akan membawamu ke suatu tempat. Selamat malam"
aku masih mengumpulkan nyawa karena tindakannya sedetik kemudian aku tersenyum dan kembali ke kamarku
Keesokan paginya
"hoammm" aku duduk di kursi meja makan dengan bubur diatas meja makan
"gak malas bangun aaahkhhh buka mulutmu" Jasson memasukan satu sendok penuh bubur ke dalam mulutku sampai habis
"ayo ikut aku" Jasson menarik tanganku yang masih mengantuk
"kita mau kemana" seketika aku sadar saat sudah kami sudah keluar dari rumah sudah jalan cukup jauh akhirnya kami sampai ditaman penuh bunga
"wahhh apa ini" aku masih sibuk mengitari taman bungan berbentuk hati itu
"kau masih tidak mengerti apa maksdunya?" aku menggelangkan kepala polos
"Silvia Izebel apakah kau mau jadi pacarku?" ucapnya dengan memegang kedua tanganku. Saat itu aku masih bingung tidak percaya dengan apa yang diucapkannya tetapi setelah mengamati matanya aku tau dia sungguh-sungguh
"iya aku mau" aku memeluk tubuhnya dan dia mengangkat tubuhku berputar putar ditaman itu.
SELESAI
Komentar
Posting Komentar