KENANGAN BERSAMAMU


Aku mengingat liburanku di Lampung. 2 bulan yang lalu aku berkabung atas kematian orangtuaku dan aku Kembali ke Lampung dimana aku dilahirkan.

Aku berjalan-jalan di Lampung dan bertepatan dihari Festival Way Kambas, aku tidak tau Kota Lampung. 2 minggu berkeliling, aku dipandu oleh pemandu jalan dan sekelompok dengan 2 pemuda

Namaku Silvia Izebel bersama Claire sang pemandu jalan, Jasson dan Aldy teman SMAku.

“pagi, saya Claire pemandu kalian kita sarapan lalu kita ke Puncak Mas” Claire dengan ramah membungkuk hormat, aku membalas dengan anggukan kepala ramah sedangkan 2 pemuda itu tidak.

Selesai sarapan kami ke Puncak Mas, tempat yang indah dan ramai Aldy tampak menikmatinya berbeda. Setelah dari Puncak Mas kami makan siang dan ke Bukit Sakura kami bertiga mengabadikannya dengan sebuah foto.

kemudian kami ke Pulau Pahawang, laut yang indah, 5 hari kami menginap disana.

“Aldy bagaimana kabarmu?” aku bicara sambil mencelupkan kaki ke laut

“baik, aku turut berduka tentang orangtuamu” katanya

“terima kasih” kami berdua bicara tanpa menyadari sepasang mata menatap kami.

Setelah itu kami pergi ke tempat wisata Lampung yang terkenal yaitu Taman Nasional Way Kambas yang bertepatan dengan Festival Way Kambas sampai disana kami melihat pertunjukan tarian yang bervariasi, unik sekali dengan adat khas orang Lampung, gajah disana sangat indah. Disana sangat ramai hingga kami terpisah, Aldy bersama Claire dan aku bersama Jasson, kami kesulitan mencari jalan pulang hingga kami tersesat ke tengah hutan

“apakah kau tahu ini tempat apa?” tubuhku gemetar mengatahui kami tersesat

“tidak, coba cari keramaian saja” Jasson menoleh kiri dan kanan

setika Jasson terkejut dengan apa yang dia injak

“jangan injak” aku berseru, yang kami injak adalah kubangan lumpur dan pakaian kami kotor

“menyebalkan sekali” ucap kami bersamaan

“duduklah aku Lelah” kami duduk di tepi sungai yang sangat bersih, aku mencuci jaketku dengan air sungai. Sebegitu lelahnya aku tertidur dialas yang nyaman dan wangi, dan merasakan belaian dirambutku 

“harum” ucap Jasson kecil saat hidungnya tidak sengaja menyentuh puncak kepalaku

saat aku bangun, aku duduk hening tidak ada pembicaraan.

“Jasson dari negara mana kamu berasal?” tanyaku memecah keheningan

“Westminster, Inggris kamu?”

“Canberra, Australia aku lahir disini tinggal di Australia” “apa yang kamu suka dari Indonesia?”

“aku mengikut Aldy dia bilang Lampung indah” kami berdua berjalan sambil bercerita

“aku ingin mengajarkanmu etika disini Inggris merupakan negara yang berkebudayaan tinggi bukan? Aku tidak suka melihatmu dingin” Jasson mengangguk

“belajar membungkuk pada orang lain dan hargailah budaya disini” aku mencontohkannya pada Jasson

“yang kedua aku terima tapi membungkuk tidak!” jawabnya tegas

“apa salahnya membungkuk” nadaku meninggi

“aku bilang tidak!” nada membentaknya membuatku kesal dan pergi “menyebalkan” ucapku

“Silvia!! mau kemana kembalilah!?” aku tidak menoleh dan berjalan semakin jauh

Sudah sore, yang bisa kuandalkan hanya gelangku yang bersinar dalam gelap, aku merasakan getaran pada tanah karena gajah

“Jasson!!!” teriaku memanggil Namanya karena takut

Jasson berlari mencariku ditengah hutan “Silvia! Kamu tidak apa-apa?” tanyanya khawatir aku mengangguk gemetar

“kita cari jalan keluar” Jasson merangkulku

Tanpa disadari kami berjalan dan kagum akan indannya taman ini masih dipenuhi pohon sungai yang bersih dan hewan-hewan yang unik. Kami berhenti berjalan saat kami menemukan kandang gajah dan melihat pawangnya sedang melatih gajah



“Pak, kami tersesat dan tidak tahu arah pulang bisakah bapak menunjukkan arahnya?” pawang gajah itu dengan senang hati menerima kami

“naiklah ke gajah ini dia akan ke festivalnya” pawang itu membuat gajahnya menunduk agar kami bisa naik, dari atas kami melihat pemandangan yang lebih indah nan hijau sejuk

“indah sekali, Jasson gajah saja menunduk masakan kamu tidak?” Jasson berdecak sebal

“Silvia berhentilah bergerak nanti kamu jatuh” sebal Jasson karena aku selalu bergerak

“ahhhhh” teriakku karena posisi dudukku hampir jatuh “sudah kubilangkan” Jasson memegang tangan kanan dan pinggangku sungguh posisi yang canggung membuat kami terdiam sejenak

“ehem” batuk sang pawang membuat kami tersentak kaget dan kembali duduk

Kami melanjutkan perjalanan, dan tiba di Festival kami menaiki gajah yang melakukan parade membuat kami menyaksikan parade dari atas gajah dan melihat penampilan unik gajah

“kalian dari mana” khawatir Claire 

“berjalan-jalan” ucap kami bersamaan, saling melempar senyum.

hari itu kami semakin akrab, sudah waktunya kami pulang ke negara kami

“terima kasih Silvia” ucapnya 

“sama-sama Jasson” senyum termanisku, wajahnya memerah, karena canggung dia menunduk seperti yang kuajarkan

“sampai jumpa” kami melabaikan tangan, tiba-tiba Jasson berbalik “kita akan bertemu lagi” bisiknya lalu tersenyum dan pergi

Komentar